Hilangnya Legenda Kartu Prabayar Indonesia Yang Melegenda
Kartu prabayar yang terkenal dari Telkomsel kini telah “musnah” pada Jumat 18 Juni 2021 setelah operator terbesar di Indonesia itu memperkenalkan logo baru.
Pembaharuan logo ini boleh dibilang sebagai bentuk adaptasi untuk tetap up to date dalam menghadirkan perubahan zaman.
Dengan melakukan perubahan logonya itu, Telkomsel juga melakukan penggabungan di tiga produk prabayar yaitu Simpati, Loop, dan Kartu AS disatukan menjadi Telkomsel Prabayar.
Sementara kartu prabayar terbaru dari Telkomsel yaitu Byu yang merupakan operator seluler berbasis digital, tetap dipertahankan. Byu merupakan provider digital pertama di Indonesia.
Sementara untuk produk pasca bayarnya Kartu Halo berubah menjadi Telkomsel Halo.
Baca Juga:
Kenapa YouTube Marketing?
Sebab penggabungan ketiga brand prabayar itu karena sekarang tidak ada lagi segmentasi pelanggan berdasarkan demografi.
Dahulu Simpati, Kartu As, dan Loop menyasar segmen pengguna yang berbeda-beda sesuai tingkatan sosialnya.
Simpati yang dikeluarkan pada tahun 1997 terkenal sebagai produk prabayar pertama di Indonesia bahkan Asia untuk segmen para profesional. Kartu Simpati sangat terkenal dan menjadi lumbung pendapatan terbesar bagi Telkomsel pada saat itu.
Berbeda dengan Simpati yang menyasar segmen menengah ke atas , kalau Kartu AS yang diluncurkan pertama kali pada 2004, menyasar masyarakat yang lebih luas sebagai target pasar (baca: menengah ke bawah) sehingga Telkomsel memberikan tarifnya cenderung lebih murah dibandingkan “kakak kandungnya” itu.
Adapun Loop yang diperkenalkan pada tahun 2013, menyasar untuk konsumen kaum muda. Dengan hadirnya Loop ini merupakan upaya pihak Telkomsel untuk menggaet kalangan muda sebagai upaya mengikis anggapan bahwa Telkomsel bukan operator untuk kelompok orang-orang tua saja.
Penyederhanaan produk-produk Telkomsel ini bukan pertama kali ini terjadi. Operator Seluler yang sekarang dimiliki oleh investor Malaysia Axiata sdn. bhd ,XL Axiata, misalnya, saat ini hanya memiliki dua produk saja, yaitu XL Prabayar dan XL Pasca Bayar (Prioritas). Sebelumnya XL punya kartu pra bayar Jempol dan Bebas. Kedua produk prabayar itu “dihilangkan” oleh induknya itu pada tahun 2008.
Selain itu Indosat Ooredoo yang juga kini hanya memiliki dua jenis produk. IM3 Ooredoo untuk pengguna kartu prabayar dan Freedom Postpaid untuk pelanggan pasca bayar.
Pada tahun 2015 Indosat melakukan penataan ulang mereknya (rebranding ), dari Indosat menjadi Indosat Ooredoo karena perubahan kepemilikan saham , yang diikuti dengan kebijakan penyederhanan produk kartu prabayar nya. Sebelum itu Indosat memiliki dua jenis kartu prabayar, IM3 dan Mentari. Indosat juga punya Matrix untuk pengguna pasca bayar.
Mentari yang merupakan peninggalan perusahaan Satelindo adalah produk andalan Indosat pada saat itu. Namun, akhirnya Indosat Ooredoo hanya menggunakan merek IM3 sebagai layanan prabayar, yang membuat Mentari yang sejatinya dahulu lebih popular, kini hanya tinggal kenangan bagi penggunanya terutama bagi “para kaum tua”.
Selain kartu Mentari, kartu Jempol dan kartu Bebas, dahulu masyarakat Indonesia juga mengenal beragam layanan prabayar lainnya.
Seperti StarOne (Indosat), Esia (Bakrie Telecom), Fren (Mobile 8), Hepi (Mobile 8) dan Flexi (Telkom), Smart (Sinar Mas Telecom ) dan Ceria (Sampoerna Telekomunikasi Indonesia).
Kecuali Fren dan Smart, semuanya adalah produk operator FWA (Fixed Wireless Access) berbasis teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang pernah “hidup” pada tahun antara 2003 – 2016. Namun ketidakmampuan operator CDMA bersaing dengan operator GSM, membuat “geng” CDMA cs harus mundur teratur dari persaingan tersebut.
Operator-operator FWA memang pernah mencicipi kejayaan di Tanah Air. Seperti Esia pernah mempunyai hingga 12 juta pelanggan dan Flexi 16,8 juta pelanggan pada tahun 2013.
Memang para operator FWA itu dibatasi sekat-sekat wilayah, berbeda dengan ,para operator selular GSM yang bisa beroperasi secara nasional.
Namun kelebihannya operator CDMA ini memiliki tarif yang jauh lebih murah dibanding operator GSM pada saat itu, sehingga membuat layanan FWA yang ditawarkan oleh Esia dan Flexi tetap disuksi masyarakat kita.
Tidak mau kalah dengan operator CDMA, para operator GSM pada akhirnya mau tidak mau memangkas tarif agar bisa bersaing dengan pemain FWA tersebut.
Walaupun margin keuntungan yang diraih menjadi tipis pada akhirnya memuncak menjadi perang tarif antar dua operator yang berbeda frekwensi itu. Aksi saling pangkas harga itu, terjadi selama kurang lebih 3 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai 2010.
Karena tarif yang dipatok tidak lagi jauh berbeda dengan operator GSM, operator FWA menjadi kewalahan dengan perang tarif ini.
Akibatnya jumlah pelanggan mereka terus-menerus menyusut dan kerugian besar sudah ada di depan mata.
Contoh kasus Flexi milik Telkom Indonesia misalnya, pada tahun 2014 tersisa hanya 4 jutaan pelanggan. Sedangkan Bakrie Telecom yang memiliki merek dagang Esia, harus menderita kerugian hingga mencapai Rp 1,5 triliun pada kuartal ketiga 2013.
Akhirnya satu persatu operator FWA mengibarkan bendera putih alias bubar. Dimulai dari Hepi “lenyap” pada tahun 2009 dan Fren “hilang” pada periode 2011 -dulu milik MNC Grup– keduanya akhirnya dilebur ke operator Smart yang berubah menjadi Smarfren lalu masuk ke kubu GSM, lalu Telkom Flexi pada tahun 2014 dilebur ke Telkomsel yang merupakan anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia, StarOne milik Indosat ditarik dari peredaran pada 2015, dan akhirnya Esia (Bakrie Telecom) harus menyerah pada 2016. Ceria pun berubah haluan ke GSM pada 2017 dengan berganti nama menjadi Net1 Indonesia.
Satu merek kartu prabayar yang masih bertahan hingga kini adalah Axis. Cuma ada perbedaan, Axis yang sekarang beroperasi adalah merek prabayar milik XL Axiata. Pasca rampungnya proses akuisisi dari Saudi Telecom pada 2013, XL Axiata pernah menghilangkan Axis.
Namun pihak XL Axiata akhirnya mempertimbangkan lagi brand equity yang ternyata masih cukup kuat, terutama untuk kalangan muda yang punya anggaran kuota terbatas, lalu XL Axiata kembali membangkitkan lagi merek Axis pada tahun 2015.
Kini kisah tentang penutupan merek prabayar, akhirnya juga terjadi pada Telkomsel operator seluler terbesar di Indonesia.
Alasanya sederhana :penyederhaan. Akhirnya Telkomsel memilih untuk melebur semua produk prabayarnya, termasuk Simpati. Padahal Simpati adalah produk yang terbilang produk legend.
Sebagai pelopor kartu prabayar pertama kali di Indonesia kartu Simpati tidak hanya tambang emas perusahaan Telkomsel, tapi ia telah menjadi bagian dari evolusi industri selular di Tanah Air tercinta ini. ml
Sumber: Sinyal, Wikipedia, Antara News, detikNews