Sumatera Barat (Sumbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Provinsi ini memiliki luas wilayah sekitar 42.297,30 kmĀ² dan melansir data kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat sebanyak 5,75 juta jiwa pada Pertengahan 2024.
Geografi
Sumatera Barat berbatasan dengan beberapa provinsi lain di Sumatera, yaitu:
- Sumatera Utara di utara
- Riau di timur
- Jambi di tenggara
- Bengkulu di selatan
2 Proyek Sumatera Barat Nan Gadang Bana
Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa wilayah yang unik, seperti:
- Pantai Barat Sumatera: memiliki garis pantai yang panjang dan indah
- Danau Maninjau: danau vulkanik yang terletak di ketinggian 460 meter di atas permukaan laut
- Gunung Merapi: gunung berapi yang terletak di perbatasan dengan provinsi Jambi

Budaya
Sumatera Barat memiliki budaya yang kaya dan unik, seperti:
- Adat Minangkabau: adat istiadat yang masih kuat di masyarakat Minangkabau
- Tarian tradisional: seperti tari Piring, tari Gelombang, dan tari Lenggang Patah
- Musik tradisional: seperti musik Saluang dan musik Rabab

Pariwisata
Sumatera Barat memiliki beberapa objek wisata yang populer, seperti:
- Danau Maninjau
- Pantai Air Manis
- Pantai Padang
- Gunung Merapi
- Lembah Harau
Kuliner
Sumatera Barat memiliki beberapa makanan khas yang lezat, seperti:
- Sate Padang
- Rendang
- Martabak Telur
- Soto Padang
- Es Teler

Sejarah Sumatera Dimekarkan Menjadi 10 Provinsi
Sejarah Sumatera Barat

Masa Prasejarah
Di pelosok Mae Kabupaten Lima Puluh Kota banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang ditemukan bisa memberikan indikasi bahwa daerah 50 Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni nenek moyang orang Minangkabau.
Penafsiran ini beralasan karena di daerah ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pulau Sumatera.
Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting zaman dulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini mereka berlayar dari dataran Asia mengarungi Laut Cina Selatan menyeberangi Selat Malaka kemudian melayari Sungai Kampar Siak dan sungai Indragiri setelah melakukan perjalanan panjang mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta peradaban di wilayah Luhak daerah 50 kota Agam dan Tanah Datar.
Percampuran dengan para pendatang pada masa-masa berikutnya menyebabkan tingkat kebudayaan mereka jadi berubah dan jumlah mereka jadi bertambah lokasi permukiman mereka menjadi sempit dan akhirnya mereka merantau ke berbagai bagian Sumatera Barat yang lainnya.
Sebagian pergi ke utara menuju Lubuk Sikaping Rao dan opir sebagian lagi pergi ke arah selatan menuju Solok, Sijunjung dan Dhamasraya banyak pula yang pergi ke barat terutama daerah pesisir seperti Tiku Pariaman dan Pesisir Selatan.
Kerajaan-Kerajaan Yang Berkembang
Tambo Minangkabau menyebut beberapa nama-nama kerajaan di Sumatera Barat antara lain:
-Kesultanan Kuntu
-Kerajaan Koto Alang
-Kerajaan Siguntur
-Kerajaan Pasumaian Koto Batu
-Bukit Batu Patah
-Kerajaan Sungai Pagu
-Kerajaan Indrapura
-Kerajaan Jambulipu
-Kerajaan Taruhan
-Kerajaan Dusun Tuo
-Kerajaan Bungo Setangkai
-Kerajaan Talung
-Kerajaan Kinali
-Kerajaan Parit Batu
-Kerajaan Pulau Punjung
-Kerajaan Pagaruyung
Berikut ini kita bahas lebih detail beberapa kerajaan tersebut:
Yang pertama Kerajaan Minanga
Berita tentang keberadaan Kerajaan ini didapat dari buku Tangkuwiyau yang disusun oleh Huangkung pada tahun 961. Masa Dinasti Tang Minanga mengirim utusan ke Tiongkok tahun 645 untuk pertama kalinya Selain itu nama Minangnya juga muncul pada prasasti kedukaan bukit yang bertarik tahun 682 berdasarkan prasasti pada tahun 682 dapunta yang bertolak dari minanga dengan membawa 20.000 tentara lalu mendirikan Kerajaan Sriwijaya ekspedisi ini juga bertujuan untuk memindahkan pusat Kerajaan dari Minanga di pedalaman ke daerah yang lebih strategis di tepi laut
Yang kedua kerajaan Malayapura
Secara historis keberadaan kerajaan ini didapat dari salah satu dari dua prasasti kuno yang ditemukan di Dharmasraya.
Demi kemenangan tertinggi untuk Malayapura keberadaan Kerajaan ini juga disebut dalam naskah Tanjung Tanah yang diperkirakan dibuat pada zaman Adityawarman di Suroso Tanah Datar 1345 sampai 1377.
Naskah tersebut menyebutkan bahwa Malayapura beribukota di Suroso yang dipimpin Maharaja Diraja ra di bawahnya Dharmasraya yang dipimpin Maharaja dan di bawahnya Dharmasraya adalah Kerinci yaitu dipimpin oleh raja dari Prasasti Suryaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi Taman Nandana Sri Surawasa yang kaya akan padi yang sebenarnya dibuat oleh pamannya Raka Rendrawarman raja sebelumnya.
Sehingga dapat dipastikan sesuai adat Minangkabau pewaris dari mamak atau paman kepada kemenakan telah terjadi pada masa tersebut.
Yang ketiga yaitu Kerajaan Pagaruyung

Munculnya nama Pagaruyung sebagai nama sebuah kerajaan tidak dapat diketahui secara pasti dari tambo yang diterima oleh masyarakat Minang tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan pada masa kerajaan ini.
Pengaruh Islam di Minang mulai berkembang kira-kira pada abad ke-16 yaitu melalui para musafir dan guru agama yang datang dari Aceh dan Malaka salah satu murid ulama yang terkenal Syekh Abdul Rauf Singkil Tengku Syah Kuala yaitu Syekh Burhanuddin Ulakan adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan Islam di Pagaruyung pada abad ke-17 akhirnya Pagaruyung berubah menjadi kesultanan Islam Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau bernama Sultan Alif.
Yang keempat yaitu Kerajaan Dharmasraya

keberadaan Kerajaan ini juga didapat dari Prasasti Gunung lainnya yang juga ditemukan di Dharmasraya supaya ditegakkan di Dharmasraya prasasti Padang ruko prasasti ini menceritakan bahwa pada tahun 1286 atas perintah Kertanegara raja dari Singasari sebuah Arca amok apa saja dipindahkan dari Bumi Jawa ke Swarnabumi untuk ditegakkan di Dharmasraya sebagai hadiah. Dengan hadiah ini diharapkan agar rakyat Swarnabumi bergirang hati dan bersukacita terutama rajanya yaitu Tribuana Raja.
Yang kelima Kerajaan Indrapura
Indrapura merupakan kerajaan yang berada di wilayah pesisir selatan Sumatera Barat sekarang berbatasan dengan provinsi Bengkulu dan Jambi.
Secara resmi kerajaan ini pernah menjadi bawahan kerajaan Pagaruyung walau pada prakteknya kerajaan ini berjalan sendiri serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat Sumatera mulai dari Padang di utara sampai sungai hurai di selatan. Produk terpenting Indrapura ialah lada dan emas.
Pengaruh kekuasaan Indrapura sampai ke Banten di Pulau Jawa. Berdasarkan sejarah Banten Kesultanan Banten telah melakukan kontak dagang dengan Indrapura yang ditandai dengan pemberian keris dari Sultan Munawarah kepada Sultan Hasanuddin menurut Hamka Sultan Munawarah Syah menikahkan putrinya dengan Sultan Hasanuddin dan menghadiahkan silebar daerah penghasil lada di Bengkulu kepada Kesultanan Banten.
Sumber: Anak Mandeh Channel