Warung Madura, Buka 24 Jam Jadi Raja Kecil Retail di Kota Besar
Dalam beberapa tahun terakhir warung Madura Kian bermunculan di Jakarta dan sekitarnya seperti yang terlihat pada pencarian peta digital.
Orang Madura yang terkenal unik memang kerap menjadi buah bibir publik. Seiring semakin mudahnya orang Madura dijumpai dengan adanya usaha warung kelontong ini, kini tidak hanya dialek te-satte ala Kadir yang menjadi guyonan masyarakat
Jika umumnya toko tutup di malam hari warung-warung Madura tersebut justru buka selama 24 jam setiap harinya.
Seperti yang dilakukan oleh warung Madura yang buka hingga 24 jam yang ada di Jakarta dan sekitarnya agar dapat beroperasi hingga 24 jam salah satunya warung Madura di Mampang Prapatan Jakarta Selatan menerapkan shift atau waktu kerja bergilir.
Baca Juga:
9 Toko Grosir Telur Yang Menjual Telur Murah Tetapi Tidak Murahan
Seorang Penjual bernama Alfian mengatakan setiap hari ia harus membagi dua shift kerja dengan rekan kerjanya.
Mereka berdua dipercaya oleh pemilik warung Madura sesama warga asal Sumenep Madura Jawa Timur untuk mengelola sekaligus tinggal di warung yang telah berdiri selama 2 tahun tersebut. Menurutnya warung yang dia kelola buka sampai 24 jam.
Dari perbincangan thoyron.com dengan salah satu pemilik warung Madura, Cak Opic, di daerah Karadenan Cibinong Kabupaten Bogor, menuturkan bahwa kini banyak pemilik warung Madura pindah mencari lokasi baru yakni ke Bogor karena persaingan di Jakarta dan Tangerang sudah cukup ketat. Sementara di Bogor, khususnya di Cibinong persaingan masih belum terlalu kuat.
Kata Cak Opick , bahwa setiap 4 tiang listrik di Jakarta pasti ada warung Madura.
Seperti warung kelontong pada umumnya warung ini menjual kebutuhan sehari-hari mulai dari sembako, telur, aneka bumbu air mineral, cemilan hingga berbagai produk sashetan.
Namun yang membuatnya berbeda selain jam operasionalnya warung Madura memiliki ciri khas penataan barang dagangan yang berjejer rapi yang dikelompokkan sesuai jenis barang.
Lokasi yang dekat permukiman dengan ramainya lalu lalang pengendara membuat warung ini tak pernah sepi pembeli. Omsetnya mencapai jutaan rupiah per hari.
Warung Madura lainnya yang berlokasi di Pancoran Jakarta Selatan juga menerapkan sistem shift kerja namun pembagiannya lebih fleksibel karena dikelola oleh sepasang suami istri pasangan asal Sumenep Madura Jawa Timur ini telah mengelola warung ini selama setahun terakhir.
Penjual bernama Siswanto mengatakan agar pengelolaan warung lebih efektif ia membagi tugas dengan istrinya misalnya saat istrinya bertugas menjaga warung ia membeli stok barang dagang ke agen.Hal ini dilakukan setiap hari.
Pengaturan jaga bergantian per 6 jam , per 8 jam dan 12 jam. Menurut Siswanto kondisi malam hari di Jakarta cukup ramai sehingga tetap mendatangkan peluang pembeli. Omset dalam sehari mencapai lebih dari satu juta rupiah.
Terkait kendala salah satunya naik turunnya harga sembako yang terkendali.
Tapi walaupun begitu ia mengaku tidak merasa keberatan membuka warung selama 24 jam bahkan di beberapa tempat ada warung yang tetap buka di hari raya
Keberadaan warung Madura yang tetap buka pada malam hari ini dirasa cukup bermanfaat bagi pembeli terutama bagi sebagian warga sekitar.
Ada fakta menarik dari warung Madura ini, adalah gonta-ganti orang dalam suatu warung. Dalam satu tahun, sebuah warung bisa tiga kali berganti pengelola. Sebab, rata-rata warung Madura tidak memprioritaskan pekerja tetap. Ada perjanjian antara juragan dan anak buah tentang seberapa lama masa kerja yang mesti disepakati.
Pengamat ekonomi Bima menjelaskan sejumlah faktor model bisnis warung Madura dapat berkembang yakni mereka dapat mengisi kekosongan jam operasional bisnis ritel lain dimana saat bisnis ritel lain umumnya tutup pada malam hari.
Juga biaya tenaga kerja yang relatif rendah karena memanfaatkan rumah sebagai lapak warung.
Selain itu pengelolaan bisnis dilakukan secara kekeluargaan yang berbasis komunitas sehingga tingkat integritas dan kepercayaannya cukup baik.
Masalah ritel di Indonesia salah satunya adalah terkadang ada ketidakpercayaan antara pemilik warung dengan si penjaga warung.
Berbeda dengan komunitas Madura ini mereka sangat kuat kepercayaannya antara sesama mereka sehingga terjadinya kecurangan relatif kecil.
Untuk kedepannya tren retail sekala mikro ini diproyeksikan akan terus berkembang dan berekspansi hal ini karena meningkatnya mobilitas masyarakat untuk kembali belanja secara langsung atau offline.
Selain itu lokasi yang strategis, kelengkapan produk dengan harga relatif murah dan bebas biaya parkir juga akan menjadi faktor pendukung perkembangan jenis retail ini.
Lalu perlu modal berapa yang diputar oleh warung Madura? Menurut Cak Opick dengan modal 100juta rupiah sudah lebih dari cukup untuk membuka warung.
Bahkan Cak Opick sempat memiliki 3 warung lalu oleh beliau warung-warung tersebut dijual kemudian fokus mengelola satu warung di daerah Cibinong Bogor tersebut
Sumber: CNN Indonesia dan lainnya