Viral Ala Bisnis Monyet Pada Tanaman Hias “Janda Bolong”
Bisnis monyet dari judul tulisan ini tidak dimaksud adalah berbisnis atau berjualan monyet. Yang dimaksud adalah suatu cara berbisnis yang kotor yang bertujuan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu tempo sesingkat-singkatnya dengan merugikan banyak pihak.
Bisnis cara ini menjebak masyarakat untuk membeli dan menjual suatu barang dengan harga yang diluar kewajaran daripada harga normalnya dengan memanfaatkan momentum atau sengaja sekelompok orang membuat momentum sehingga suatu barang harganya meroket, dengan sengaja mereka membuat berita yang viral seolah-olah barang itu dibutuhkan dan dicari banyak orang.
Apalagi di zaman internet sekarang ini, dimana informasi mudah diviralkan karena banyak kanal-kanal media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk itu seperti twitter, facebook, instagram, youtube,tik-tok dan lain-lain.
Seperti yang lagi viral saat ini tanaman janda bolong yang konon dihargai sampai jutaan rupiah, puluhan juta rupiah , bahkan bisa sampai ratusan juta rupiah. Konon kabarnya harga selembar daun tanaman janda bolong mencapai 15juta (Sumber:CNN Indonesia) waw sebuah harga fantastis dimasa sulit, dimasa pandemi begini.
Tanaman janda bolong biasanya dijadikan tanaman hias atau sebagai dekorasi untuk rumah yang bisa menghadirkan kesan minimalis yang asri dan menawan.
Baca Juga : 7 Bisnis Online Untuk Pebisnis Pemula
Setiap helai-helaian daunnya ada lubang-lubang (bolong) dengan warna-warninya menjadi pesona bagi penyuka atau penghobi tanaman hias. Tanaman ini mudah dan murah perawatannya cukup disiram 1-2 kali seminggu. Selain itu tanaman ini juga tahan terhadap wabah penyakit dan hama tanaman.
Beberapa waktu yang lalu ramai juga isu harga tinggi seperti ikan Arwana, ikan Lohan, batu akik, tanaman gelombang cinta, love bird(sejenis burung hias), tokek,koin uang lama Indonesia nominal Rp.1000 yang bergambar kelapa sawit.
Ketika isu wabah corona merebak di bumi nusantara ini sekitar maret-juli 2020 silam masker bedah menjadi sasaran isu kenaikan harga yang menggila pula.
Dulu masker medis tersebut bisa mudah didapatkan gratis di puskemas-puskesmas dan rumah sakit-rumah sakit namun saat itu masker medis berwarna hijau itu sangat sulit diperoleh kalaupun ada harganya sudah sangat mahal berpuluh-puluh kali lipat dibandingkan harga sebelum wabah corona melanda dunia diawal tahun 2020.
Masyarakat Indonesia mudah sekali tergiur berbisnis ala tidak jelas ini. Bahkan banyak yang tergiur dan memang mendapatkan keuntungan diawal-awal isu merebak namun pada akhirnya rugi besar setelah “keviralan” berita produk itu mereda.
Para pebisnis yang menerapkan strategi bisnis monyet ini tentu sudah mempersiapkannya dengan cara rapi. Ada pihak yang berperan sebagai pelempar isu harga , lalu ada sekelompok orang menyamar menjadi pembeli-pembeli yang berbondong-bondong dengan memberikan “real testimoni” seolah-olah barang itu banyak manfaatnya dan banyak yang mencari-cari, dan ada juga ada yang berperan sebagai penjual yang siap menampung barang. Sehingga dalam pemikiran masyarakat kita menjadi percaya bahwa berita harga yang tinggi atas suatu barang itu memang ada bukan berita bohong belaka.
Sehingga masyarakat awam yang ingin menghasilkan keuntungan besar dalam waktu sangat singkat terjebak menjadi korban-korbannya dalam bisnis monyet ini.
Ilustrasi bisnis monyet sebagai berikut:
Di sebuah desa yang banyak sekali monyet-monyet berkeliaran sehingga banyak mengganggu kehidupan warga desa karena hewan mamalia yang bertaring dan berbulu itu sering merusak dan memakan tanaman mereka.
Pada suatu hari seorang yang sangat tajir atau seorang sultan (sebutan orang kaya zaman milenial ini) mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,-/ekor.
Dulu monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya banyak dan dianggap perusak. Namun sejak diumumkan oleh si sultan desa itu warga mulai tertarik untuk berburu hewan yang suka bergelantungan di pohon-pohon ini.
Akhirnya Kemudian si Orang tajir tersebut berhasil membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50,000,-/ekorUp dari masyarakat desa tersebut.
Setelah beberapa waktu akibat penangkapan hewan penyuka pisang itu secara besar-besaran berakibat pupulasi hewan itu jadi sedikit dan akhirnya masyarakat berhenti sementara waktu berburu hewan liar tersebut.
Beberapa waktu kemudian si sultan nan tajir ini memberikan pengumuman lagi bahwa ia Madin mencari monyet lagi dengan harga lebih tinggi yaitu Rp.100.000. Harga dua kali lipat dari harga sebelumnya.
Masyarakat desa itu mulai bergairah lagi memburu monyet-monyet hutan lagi akhirnya jumlah monyet bertambah sangat sedikit dan susah diburu oleh mereka. Warga desa mulai melupakan aktivitas pencarian monyet untuk beberapa waktu saja.
Tiba-tiba muncul lagi pemberitaan bahwa si tajir masih mencari monyet dengan harga 3 kali lipat dari harga sebelumnya yaitu menjadi Rp. 150.000/ekor. Tapi monyet telah langka untuk diburu mereka. Tidak lama kemudian harga yang ditawarkan orang kaya ini naik lagi menjadi 10 kali lipat yakni Rp.500.000 ribu/ekor! Waw siapa yang tidak suka dengan harga ini.!
Ketika harga setengah juta rupiah itu tiba-tiba si kaya yang telah membakar uang itu memberitahukan para warga desa bahwa ia harus pergi ke suatu kota karena ada urusan bisnis yang harus diurusnya sendiri. Oleh karena itu ia mewakilkan bisnisnya di desa itu dengan orang yang ia percayai.
Setelah orang tajir pergi, si wakil orang tajir ini berkata kepada masyarakat desa tersebut bahwa ia ingin menjual monyet tuannya itu dengan harga Rp.350.000/ekor dan warga bisa menjual kembali hewan-hewan itu dengan harga Rp.500.000,- kepada orang tajir ini setelah pulang dari urusannya di kota lain.
Tanpa berpikir panjang lebar lagi penduduk desa yang lugu dan polos ini pun mau membeli hewan itu. Mereka mengeluarkan uang tabungan mereka yang selama ini disimpan, ada yang menjual harta-harta berharga lainnya bahkan sampai ada yang berani mengambil kredit di bank dan kemudian mereka memborong semua hewan yang dulu pernah mereka tangkapi sendiri dengan harga Rp. 500.000/ekor.
Namun…apa yang terjadi……orang yang diharapkan supaya kembali ke desa mereka ternyata tidak menampakkan batang hidungnya lagi termasuk wakilnya juga.
Baca Juga : 9 Cara Menang Dalam Persaingan Bisnis
Tidak usah diceritakan lagi bagaimana perasaan mereka setelah ditipu oleh orang tajir tersebut. Itulah yang sering disebut orang sebagai “Monkey Bussiness” alias bisnis monyet.
Strategi bisnis seperti ini disiapkan juga dengan propaganda bisnis yang luar biasa yaitu : membuka pameran, seminar, dan event berskala besar dengan menjual harga yang tinggi dan fantastis sehingga masyarakat banyak yang tertarik untuk ikut bermain di dalamnya padahal di event itu aktor dan artisnya adalah para orang orang kapitalis yang bermain sinetron untuk menarik masyarakat banyak.
Jadi Monkey business atau bisnis monyet ini adalah sebuah perumpamaan strategi bisnis untuk merugikan orang lain tetapi menguntungkan diri sendiri. Bisnis Monyet termasuk dalam dirty business yang sebaiknya dihindari oleh orang yang ingin hidupnya bisa lebih berkah.
Bisnis itu tidak mudah perlu ilmu dan proses untuk mempelajarinya. Tidak ada orang kaya dan sukses hanya dalam tempo singkat perlu konsisten dan bersabar agar mendapatkan yang maksimal.Jangan mudah tergiur dengan keuntungan yang tinggi dalam waktu yang singkat.
Ditulis oleh : Usamah Khalid (email:uskhal@thoyron.com)